-->

Pandangan Kartini, pun tentang cinta, bersifat revolusioner pada zamannya. Lewat tulisan-tulisannya, juga ketika Ia menulis tentang cinta, Kartini mendobrak pola pikir orang-orang pada zamannya.
Kartini menulis surat-suratnya dalam bahasa Belanda kepada beberapa sahabatnya yang tinggal di Eropa. Beberapa tahun setelah Kartini meninggal dunia, Mr. J.H. Abendanon, Menteri Budaya, Agama dan Industri untuk wilayah East Indies, mengumpulkan dan menerbitkan surat-surat itu. Buku yang berjudul Door Duisternis tot Licht [Out of Dark Comes Light] diterbitkan pertama kali pada tahun 1911. Terjemahan dalam bahasa Melayu, "Dari Gelap Terbitlah Terang" diterbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1922. Penerjemahan dari Bahasa Belanda ke dalam Bahasa Melayu dikerjakan oleh Empat Saudara, yang salah satunya adalah tokoh Pujangga Baru, Armijn Pane.
Walaupun tak menyetujui poligami, Kartini tak mempunyai pilihan selain mengikuti permintaan orangtuanya untuk menjadi istri keempat dari bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Pada usia 25 tahun, setahun setelah pernikahannya, Kartini meninggal dunia beberapa hari setelah melahirkan anak satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, yang lahir pada tanggal 13 September 1904.
Tanggal kelahiran Kartini, 21 April, ditetapkan oleh Presiden Soekarno menjadi Hari Kartini dengan harapan akan mengunggah peranan perempuan dalam pembangunan. Namun, pada era pemerintahan Soeharto, sosok Kartini yang revolusioner lebih dipandang dan dipopulerkan sebagai seorang ibu rumah tangga yang berkebaya dan taat pada suaminya. Mungkin, itulah sebabnya sampai sekarang ini, perayaan hari Kartini seringkali menjadi lomba berbusana daerah, masak-memasak, dan aneka keterampilan domestik lainnya.
Mari kita simak pemikiran dan perasaan Kartini tetang cinta yang tertuang dalam surat-suratnya. Kutipan dalam bahasa Inggris diambil dari karya Agnes Louise Symmers yang menerjemahkan Door Duisternis tot Licht menjadi Letters of a Javanese Princess. Karya tersebut dapat disimak di
Mengapa membahas kutipan-kutipan Kartini tentang cinta? Pandangan Kartini, pun tentang cinta, bersifat revolusioner pada zamannya. Lewat tulisan-tulisannya, juga ketika Ia menulis tentang cinta, Kartini mendobrak pola pikir orang-orang pada zamannya. Zaman di mana perempuan tak mempunyai hak dan kebebasan untuk mengekspresikan diri, apalagi mengekspresikan cinta. Ingat, surat-surat ini ditulis lebih dari 100 tahun yang lalu.



Love! what do we know here of love? How can we love a man whom we have never known? And how could he love us? That in itself would not be possible. Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet.
Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya? Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diijinkan untuk berjumpa.
- Japara, 25 Mei, 1899

How can a man and woman love each other when they see each other for the first time in their lives after they are already fast bound in the chains of wedlock?
Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan?
- Japara, 6 November, 1899

I shall never, never fall in love. To love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no respect for the Javanese young man. How can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough of the mother of his children, brings another woman into his house?
Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta. Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat, menurut hemat saya; dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda. Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah, dan yang telah memiliki istri yang melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya?
- Japara, 6 November, 1899

Too often we are made to feel that we Javanese are not really human beings at all. How do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat us so? Love begets love, but scorn never yet aroused affection.
Terlalu sering kami merasakan bahwa kami, orang Jawa, bukanlah manusia sama sekali. Bagaimana mungkin orang-orang Belanda berharap untuk dicintai orang-orang Jawa, ketika mereka memperlakukan kami seperti ini? CInta melahirkan cinta, tetapi hinaan tak akan pernah menimbulkan kasih sayang.
- 23 Agustust, 1900

We wished to be loved - not feared.
Kita berharap untuk dicintai - bukan ditakuti.
- 17 Agustus, 1902

I think there is nothing finer than to be able to call a happy smile to a loved mouth—to see the sunshine break over another's face
Tiada hal yang lebih indah selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta.
- November, 1899

Love is the bond which binds us together.
Cinta adalah ikatan yang menyatukan kita.
- 17 Agustus, 1902

You Might Also Like:

Add your comment Hide comment

Hello, how may we help you? Just send us a message now to get assistance.

Facebook Messenger ×